“cha, kenapa lo ngajakin gue ke sini?” ujar Dani
penasaran.
“udahlah, diem aja. Entar lo juga
tau koq?” meyakinkan si Dani.
“okeh” kata dani.
Si Dani terus mengikuti langkah si
Icha. Setelah sampai di bawah pohon, akhirnya Icha mengungkapkan sesuatu kepada
Dani.
“Dan, gue mau ngomong sesuatu nih?”
kata si Icha agak sedikit malu-malu.
“Sesuatu apa tuch !” kata Dani
dengan gaya lebay nya.
“Harus ya kayak gituh ngomongnya.
Hmm gini nih, sebenarnya gue tuh????” kata Icha dengan memperlambat suasana.
“Gue tuh apah? Gue tuhkang
bangunan?” kata Dani dengan candaannya.
“suka ya kalo orang ngomong di
canda-candain mulu. gue tuh ciyus?” kata Icha.
“Enelan? Miapah?” kata Dani dengan
bertambah lagi candaannya.
“Mi burung dara! Udah ah, ngomong
sama lo nggak ada serius-seriusnya” kata Icha agak sedikit kesal.
“lo tau nggak, sebenarnya gue itu
suka sama loh!” kata si Icha dengan nada marah dan menunjuk satu jari ke muka
Dani setelah itu langsung pergi.
Si Dani pun terkejut sekaligus syok
mendengar Icha suka sama Dani. Padahal selama ini Icha tidak suka dengan si
Dani. Lalu, belum sempat memanggil si Icha, tiba-tiba saja si Dani terbangun
dari mimpi indahnya.
“Astagfiruwloh, gue terlambaaaatttt!”
di lihatnya jam dinding di kamarnya ternyata sudah menunjukkan pukul 07.48 wib.
“Ya Allah, kenapa sih orang rumah
pada jahat semua. Nggak ada yang mau membangunkan gue. Udah tau gue hari ini
masuk kuliah jam 8.” Berkata sambil mencuci muka, gosok gigi dan membasahi
rambut lalu langsung memakai baju dan celana.
“Alah, mimpi tadi bikin gue
penasaran aja. Kenapa sih pake acara bersambung segala. Nyesel gue di dalam
mimpi becanda mulu.” Katanya sambil memikirkan mimpi itu.
Setelah selesai, Dani cepat-cepat
turun tangga seperti orang yang sedang terkena gempa. Dan itu di ketahui oleh
mamanya si Dani.
“He, nggak bisa pelan-pelan apa?
Kalo rumah ini roboh, mau gimana coba’! kata mama dengan nada sedikit marah.
“Biarin, Dani benci dengan mama.”
Tanpa menghiraukan mama, dan langsung pakai sepatu cepat-cepat.
“Hey, kenapa pula’ kau ini. Apa
salah Mak kau ini?” kata mama dengan logat bataknya.
Dani tak menghiraukan sama sekali
perkataan mamanya, dan langsung cabut. Di naikinya motor Vespa jadul dan
melesat laju. Hingga akhirnya sampai di pukul 08.15 wib.
Dani dengan cepat-cepat memarkirkan
motor jadulnya dan langsung berlari menuju kelas. Setelah sampai di pintu
kelas, Dani melihat penampilannya dulu. Apakah sudah rapi, keren belum? Biar
ketika masuk ke kelas mimpi itu akan jadi kenyataan. Sudah beres.
“Tok, tok, tok.”
“Asalamekoom? Hmm… maaf pak, saya terlambat 15 menit”
kata Dani sambil menghampiri Pak Dosen.
Lalu pak Dosen melihat si Dani dengan terheran-heran.
“Kamu kenapa kirengetan? Pasti belum mandi ya. Ayo
mengaku saja.” Kata pak dosen sok menebak-nebak.
“Ha, ng nggak koq pak, saya mandi koq? Bapak kali yang
belum mandi, ayo mengaku saja.” Kata Dani nanya balik.
“Ih, enak aja. Bapak mandi terus. Kalau bapak nggak
mandi, itu istri saya nggak mau dekat sama saya.” kata pak dosen.
“Saya juga mandi koq pak!” kata dani lagi. Semua
teman-teman di kelas pada ketawa dengan pertanyaannya si Dani.
“ya sudahlah, kamu duduk sana.” Kata pak dosen untuk
mengakhiri pembicaraannya dengan Dani.
Lalu duduklah si Dani tadi. Dan ternyata kursi yang
kosong satu-satunya itu berada tepat di belakang Icha. Dani berkata dalam hati,
apakah ini adalah sebuah anugerah terindah yang pernah ku miliki. Dani
berharap, semoga ini adalah sebuah pertanda mimpi itu akan menjadi kenyataan.
Lalu, dani duduk dengan cepatnya. Dan ternyata di sebelah Dani ada Cecep,
sahabat Dani.
“Eh, yey ngapain duduk disindang deket eke” kata Dani
kepada Cecep.
“Hah, nggak salah ngomeng tcu. Bukannya eke yang harus
ngomeng ma yey.” Kata Cecep ke Dani.
Dani hanya membalas dengan ekspresi ketawa saja. Lalu
kembali fokus dengan pak dosen. Semenjak Dani masuk ke kelas, materi yang
seharusnya materi tentang politik, berubah menjadi materi tentang keringat.
Kata pak dosen,
“Istri saya itu, nggak suka dengan orang yang
berkeringat. Karena apa? Karena orang yang berkeringat itu orangnya jorok.
Seperti kalian-kalian ini, sudahlah berkeringat nulis lagi. Apa gak jatuh tu
air yang ada di ketek. Apalagi yang lagi makan, pasti ketek berair tadi jatuh
ke makanan itu dan menjadi bumbu tambahan.”
Tersentak semua mahasiswa tertawa lepas mendengar cerita
pak dosen. Kecuali si Dani, salah satu mahasiswa yang tidak ketawa. Karena dia
lambat menangkap apa isi dari cerita tersebut. Setelah semuanya berhenti tertawa,
lalu di susul tertawa Dani yang datang secara tiba-tiba.
“Ha ha ha ha ha ha ha ha……”
Semuanya tersentak kaget dan semua mata tertuju padanya.
Lalu Dani pun berhenti secara mendadak. Langsung secara serentak kembali, semua
teman-teman yang ada di kelas menertawakannya termasuk juga pak dosen juga ikut
menertawakannya. Dani pun senyum-senyum tidak karuan sampil menahan malu.
Setelah proses belajar selama dua jam itu telah selesai.
Lalu mereka keluar. Pada saat sudah pintu kelas, si Dani sudah mulai mengupil.
Dani dan Cecep pergi ke kantin yang ada di samping kampus. Sambil
menyinggung-nyinggung tentang kejadian yang di kelas tadi. Cecep jadi merasa
ilfil dengan kelakuan si Dani yang terus-terusan menggali emas yang berada di
dua goa tersebut.
“Eh Dan, gue perhatiin lo dari kelas tadi ngupil terus
deh. Lo nggak tau ya kalo ngupil sambil berjalan itu nanti akan membuahkan kesialan”
kata Cecep sambil menakut-nakuti.
“Buah? Jeruk kali buah. Ah lo ngarang, gue nggak pernah
denger-denger tuh? Habis dapat ramalan dari mana lo?” kata Dani seakan gak
percaya.
“Nah nggak percaya lo, ini bukan ramalan, tapi ini gue
dapet dari nenek moyang gue” kata Cecep meyakinkan.
“Nenek moyang lo kan udah ninggal? Kapan ketemunya lo?”
kata Dani.
“Ya elah, kan itu cerita turun temurun bencong!!!” kata
Cecep.
“hey, yey aja kale’ eke nggak!” kata Dani dengan gaya
lebay nya.
“Liat aja nanti, kalo itu nggak bakalan terjadi, berarti
lo beruntung” kata Cecep terus meyakinkan.
“Gue tetep gak percaya dan tetep gak takut” Dani
nantangin.
Setelah akhirnya cerita yang di anggap Dani itu hanya
sebuah ramalan belaka, lima menit kemudian kejadian sial itu ternyata terjadi.
Si Dani yang sedang asyik-asyiknya menggali dua goa yang berisi kerak-kerak
emas itu sambil sms’an ternyata tidak melihat sebuah lubangan trotoar yang ada
di depannya.
“Aduh !!!!” tersentak si Dani langsung kakinya masuk ke
lubang trotoar itu, alhasil celananya kotor rata.
“Ya amplop, sakitnya?” kata Dani menahan sakit kakinya
terhantuk pinggir lobang trotoar itu.
“Hahaha, tukan! Apa gue bilang Dan, terjadi juga kan?”
kata Cecep merasa puas dengan perkataannya.
Banyak sekali orang yang lalu-lalang melihat si Dani
terperosok masuk ke lobang trotoar.
“Lo bukannya nolongi gue, malah ketawa. Gue tau sudah,
rupanya lo benci ma gue. Dengan kebencian lo, lo nyumpahi gue. Penghianat teman
ya.” Kata Dani dengan meneteskan air mata.
“Eh bukan gitu Dan, gue nggak bermaksud nyumpahi lo koq.
Gue cuma ngingeti lo aja. Lo nya aj yang nggak percayaan” kata Cecep sambil
membantu si Dani berdiri. Dani pun rasanya tidak sanggup lagi berdiri karena
sakit yang di deritanya sangat parah.
“Jadi gimana nih sekarang, celana gue kotor. Nggak
mungkin kan gue ke kampus dengan keadaan begini. Gue mau pulang aja!” kaa Dani
dengan rasa kebingungan.
“Gimana kalo lo pulang aja.” Kata Cecep.
“Kan tadi gue udah bilang kalo gue mau pulang. Ih si
Cecep ini nggak mudeng. Nggak tau temennya lecet begini, masih aja terus
bercanda. Entar, kalo lo kayak gue, baru boleh bercanda ya.” Kata Dani.
“Enak di lo, nggak enak di gue. I’m corry yow!” kata
Cecep gak mau mengalah.
“Lo ambil deh motor gue bawa ke sini. Nih kuncinya.
Cepat! Gue hitung sampai habis. nggak nyampe, buah tangan buat lo.” Kata Dani
marah.
“Hah, buah tangan? Mau dong?” kata Cecep.
“Nih buat tangan.” Kata Dani sambil menunjukkan ke tangan
kanannya yang di genggam.
“Haaa, takuuuttt!!!” kata Cecep sambil berlari.
Dua menit kemudian Cecep kembali.
“Bagus, bagus, tonggos!.” Kata Dani sambil menepuk pundak
Cecep.
“Lo jangan ngatain gue tonggos dong, udah gue bantu
juga.” Kata Cecep agak sedikit marah.
“Gue ngilangin malu tonggos, lo nggak liat tadi gue
nangis. Padahal kan gue anak kuliahan.” Kata Dani dengan membisikkan si Cecep.
“Iya Iya. Cepat pulang sannah, ada mie ayam special tuh!”
kata Cecep sambil kakinya menendang belakang motor jadul Dani.
“Oke Cyiiiiinnnn????” kata dani sambil berlalu.
0 komentar:
Post a Comment