Headlines News :
Home » » Ah, Sial!

Ah, Sial!

Written By KAWIRIAN on Friday, September 5, 2014 | 2:11 AM

“cha, kenapa lo ngajakin gue ke sini?” ujar Dani penasaran.
            “udahlah, diem aja. Entar lo juga tau koq?” meyakinkan si Dani.
            “okeh” kata dani.
            Si Dani terus mengikuti langkah si Icha. Setelah sampai di bawah pohon, akhirnya Icha mengungkapkan sesuatu kepada Dani.
            “Dan, gue mau ngomong sesuatu nih?” kata si Icha agak sedikit malu-malu.
            “Sesuatu apa tuch !” kata Dani dengan gaya lebay nya.
            “Harus ya kayak gituh ngomongnya. Hmm gini nih, sebenarnya gue tuh????” kata Icha dengan memperlambat suasana.
            “Gue tuh apah? Gue tuhkang bangunan?” kata Dani dengan candaannya.
            “suka ya kalo orang ngomong di canda-candain mulu. gue tuh ciyus?” kata Icha.
            “Enelan? Miapah?” kata Dani dengan bertambah lagi candaannya.
            “Mi burung dara! Udah ah, ngomong sama lo nggak ada serius-seriusnya” kata Icha agak sedikit kesal.
            “lo tau nggak, sebenarnya gue itu suka sama loh!” kata si Icha dengan nada marah dan menunjuk satu jari ke muka Dani setelah itu langsung pergi.
            Si Dani pun terkejut sekaligus syok mendengar Icha suka sama Dani. Padahal selama ini Icha tidak suka dengan si Dani. Lalu, belum sempat memanggil si Icha, tiba-tiba saja si Dani terbangun dari mimpi indahnya.
            “Astagfiruwloh, gue terlambaaaatttt!” di lihatnya jam dinding di kamarnya ternyata sudah menunjukkan pukul 07.48 wib.
            “Ya Allah, kenapa sih orang rumah pada jahat semua. Nggak ada yang mau membangunkan gue. Udah tau gue hari ini masuk kuliah jam 8.” Berkata sambil mencuci muka, gosok gigi dan membasahi rambut lalu langsung memakai baju dan celana.
            “Alah, mimpi tadi bikin gue penasaran aja. Kenapa sih pake acara bersambung segala. Nyesel gue di dalam mimpi becanda mulu.” Katanya sambil memikirkan mimpi itu.
            Setelah selesai, Dani cepat-cepat turun tangga seperti orang yang sedang terkena gempa. Dan itu di ketahui oleh mamanya si Dani.
            “He, nggak bisa pelan-pelan apa? Kalo rumah ini roboh, mau gimana coba’! kata mama dengan nada sedikit marah.
            “Biarin, Dani benci dengan mama.” Tanpa menghiraukan mama, dan langsung pakai sepatu cepat-cepat.
            “Hey, kenapa pula’ kau ini. Apa salah Mak kau ini?” kata mama dengan logat bataknya.
            Dani tak menghiraukan sama sekali perkataan mamanya, dan langsung cabut. Di naikinya motor Vespa jadul dan melesat laju. Hingga akhirnya sampai di pukul 08.15 wib.
            Dani dengan cepat-cepat memarkirkan motor jadulnya dan langsung berlari menuju kelas. Setelah sampai di pintu kelas, Dani melihat penampilannya dulu. Apakah sudah rapi, keren belum? Biar ketika masuk ke kelas mimpi itu akan jadi kenyataan. Sudah beres.
            “Tok, tok, tok.”
“Asalamekoom? Hmm… maaf pak, saya terlambat 15 menit” kata Dani sambil menghampiri Pak Dosen.  Lalu pak Dosen melihat si Dani dengan terheran-heran.
“Kamu kenapa kirengetan? Pasti belum mandi ya. Ayo mengaku saja.” Kata pak dosen sok menebak-nebak.
“Ha, ng nggak koq pak, saya mandi koq? Bapak kali yang belum mandi, ayo mengaku saja.” Kata Dani nanya balik.
“Ih, enak aja. Bapak mandi terus. Kalau bapak nggak mandi, itu istri saya nggak mau dekat sama saya.” kata pak dosen.
“Saya juga mandi koq pak!” kata dani lagi. Semua teman-teman di kelas pada ketawa dengan pertanyaannya si Dani.
“ya sudahlah, kamu duduk sana.” Kata pak dosen untuk mengakhiri pembicaraannya dengan Dani.
Lalu duduklah si Dani tadi. Dan ternyata kursi yang kosong satu-satunya itu berada tepat di belakang Icha. Dani berkata dalam hati, apakah ini adalah sebuah anugerah terindah yang pernah ku miliki. Dani berharap, semoga ini adalah sebuah pertanda mimpi itu akan menjadi kenyataan. Lalu, dani duduk dengan cepatnya. Dan ternyata di sebelah Dani ada Cecep, sahabat Dani.
“Eh, yey ngapain duduk disindang deket eke” kata Dani kepada Cecep.
“Hah, nggak salah ngomeng tcu. Bukannya eke yang harus ngomeng ma yey.” Kata Cecep ke Dani.
Dani hanya membalas dengan ekspresi ketawa saja. Lalu kembali fokus dengan pak dosen. Semenjak Dani masuk ke kelas, materi yang seharusnya materi tentang politik, berubah menjadi materi tentang keringat.
Kata pak dosen,
“Istri saya itu, nggak suka dengan orang yang berkeringat. Karena apa? Karena orang yang berkeringat itu orangnya jorok. Seperti kalian-kalian ini, sudahlah berkeringat nulis lagi. Apa gak jatuh tu air yang ada di ketek. Apalagi yang lagi makan, pasti ketek berair tadi jatuh ke makanan itu dan menjadi bumbu tambahan.”
Tersentak semua mahasiswa tertawa lepas mendengar cerita pak dosen. Kecuali si Dani, salah satu mahasiswa yang tidak ketawa. Karena dia lambat menangkap apa isi dari cerita tersebut. Setelah semuanya berhenti tertawa, lalu di susul tertawa Dani yang datang secara tiba-tiba.
“Ha ha ha ha ha ha ha ha……”
Semuanya tersentak kaget dan semua mata tertuju padanya. Lalu Dani pun berhenti secara mendadak. Langsung secara serentak kembali, semua teman-teman yang ada di kelas menertawakannya termasuk juga pak dosen juga ikut menertawakannya. Dani pun senyum-senyum tidak karuan sampil menahan malu.
Setelah proses belajar selama dua jam itu telah selesai. Lalu mereka keluar. Pada saat sudah pintu kelas, si Dani sudah mulai mengupil. Dani dan Cecep pergi ke kantin yang ada di samping kampus. Sambil menyinggung-nyinggung tentang kejadian yang di kelas tadi. Cecep jadi merasa ilfil dengan kelakuan si Dani yang terus-terusan menggali emas yang berada di dua goa tersebut.
“Eh Dan, gue perhatiin lo dari kelas tadi ngupil terus deh. Lo nggak tau ya kalo ngupil sambil berjalan itu nanti akan membuahkan kesialan” kata Cecep sambil menakut-nakuti.
“Buah? Jeruk kali buah. Ah lo ngarang, gue nggak pernah denger-denger tuh? Habis dapat ramalan dari mana lo?” kata Dani seakan gak percaya.
“Nah nggak percaya lo, ini bukan ramalan, tapi ini gue dapet dari nenek moyang gue” kata Cecep meyakinkan.
“Nenek moyang lo kan udah ninggal? Kapan ketemunya lo?” kata Dani.
“Ya elah, kan itu cerita turun temurun bencong!!!” kata Cecep.
“hey, yey aja kale’ eke nggak!” kata Dani dengan gaya lebay nya.
“Liat aja nanti, kalo itu nggak bakalan terjadi, berarti lo beruntung” kata Cecep terus meyakinkan.
“Gue tetep gak percaya dan tetep gak takut” Dani nantangin.
Setelah akhirnya cerita yang di anggap Dani itu hanya sebuah ramalan belaka, lima menit kemudian kejadian sial itu ternyata terjadi. Si Dani yang sedang asyik-asyiknya menggali dua goa yang berisi kerak-kerak emas itu sambil sms’an ternyata tidak melihat sebuah lubangan trotoar yang ada di depannya.
“Aduh !!!!” tersentak si Dani langsung kakinya masuk ke lubang trotoar itu, alhasil celananya kotor rata.
“Ya amplop, sakitnya?” kata Dani menahan sakit kakinya terhantuk pinggir lobang trotoar itu.
“Hahaha, tukan! Apa gue bilang Dan, terjadi juga kan?” kata Cecep merasa puas dengan perkataannya.
Banyak sekali orang yang lalu-lalang melihat si Dani terperosok masuk ke lobang trotoar.
“Lo bukannya nolongi gue, malah ketawa. Gue tau sudah, rupanya lo benci ma gue. Dengan kebencian lo, lo nyumpahi gue. Penghianat teman ya.” Kata Dani dengan meneteskan air mata.
“Eh bukan gitu Dan, gue nggak bermaksud nyumpahi lo koq. Gue cuma ngingeti lo aja. Lo nya aj yang nggak percayaan” kata Cecep sambil membantu si Dani berdiri. Dani pun rasanya tidak sanggup lagi berdiri karena sakit yang di deritanya sangat parah.
“Jadi gimana nih sekarang, celana gue kotor. Nggak mungkin kan gue ke kampus dengan keadaan begini. Gue mau pulang aja!” kaa Dani dengan rasa kebingungan.
“Gimana kalo lo pulang aja.” Kata Cecep.
“Kan tadi gue udah bilang kalo gue mau pulang. Ih si Cecep ini nggak mudeng. Nggak tau temennya lecet begini, masih aja terus bercanda. Entar, kalo lo kayak gue, baru boleh bercanda ya.” Kata Dani.
“Enak di lo, nggak enak di gue. I’m corry yow!” kata Cecep gak mau mengalah.
“Lo ambil deh motor gue bawa ke sini. Nih kuncinya. Cepat! Gue hitung sampai habis. nggak nyampe, buah tangan buat lo.” Kata Dani marah.
“Hah, buah tangan? Mau dong?” kata Cecep.
“Nih buat tangan.” Kata Dani sambil menunjukkan ke tangan kanannya yang di genggam.
“Haaa, takuuuttt!!!” kata Cecep sambil berlari.
Dua menit kemudian Cecep kembali.
“Bagus, bagus, tonggos!.” Kata Dani sambil menepuk pundak Cecep.
“Lo jangan ngatain gue tonggos dong, udah gue bantu juga.” Kata Cecep agak sedikit marah.
“Gue ngilangin malu tonggos, lo nggak liat tadi gue nangis. Padahal kan gue anak kuliahan.” Kata Dani dengan membisikkan si Cecep.
“Iya Iya. Cepat pulang sannah, ada mie ayam special tuh!” kata Cecep sambil kakinya menendang belakang motor jadul Dani.

“Oke Cyiiiiinnnn????” kata dani sambil berlalu.
Share this article :

0 komentar:

follow @kawirian

Plurk

 
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Kawirian | Fire Available Now - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Kawirian